Friday, 15 August 2008

TOTALITAS, RASIONALISASI, DAN KOMPROMI HIDUP BERKAUL


TOTALITAS, RASIONALISASI, DAN KOMPROMI
HIDUP BERKAUL

1. Sudah sejak awal pewahyuan dalam Perjanjian Lama, kalau Tuhan menjalin relasi dengan manusia, yang dituntut adalah relasi yang TOTAL: TIDAK SETENGAH-SETENGAH atau MENDUA. Kita dapat melihat hal itu misalnya ketika Allah mewahyukan diri dan menyampaikan Sepuluh Perintah-Nya kepada bangsa Yahudi: “Akulah Tuhan, Allahmu … Jangan ada padamu Allah lain di hadapanKu” (Kel 20:2-3). Allah itu tidak mau disaingi, tidak mau dinomorduakan. Beginilah firman Tuhan kepada Musa hambaNya untuk disampaikan kepada umat Israel: “Janganlah engkau sujud menyembah Allah lain, karena Tuhan, yang namanya Cemburuan, adalah Allah YANG CEMBURU.” Dan bangsa Yahudi yang mengikuti Allah dan mempersembahkan korban kepada Allah bangsa kafir disebut Tuhan dengan kata ‘BERZINAH’ (Kel 34:14-15). Mereka HARUS SECARA TOTAL MENYEMBAHNYA. Maka Musa pun menyampaikan hukum yang paling utama kepada bangsa Israel: “Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa! KASIHILAH TUHAN, ALLAHMU, DENGAN SEGENAP HATIMU DAN DENGAN SEGENAP JIWAMU DAN DENGAN SEGENAP KEKUATANMU” (Ul 6:4-5).

2. Yesus pun tetap menampilkan sifat Allah yang khusus ini, ialah ‘suka cemburu’, TIDAK MAU DINOMORDUAKAN, tidak mau disaingi. Bila orang mau berelasi dengan Dia, maka harus TOTAL dan SEPENUH HATI. Ini nampak jelas dalam kata-kataNya yang keras: “Jikalau seorang datang kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu” (Luk 14:26). Perikop: Hal Mengikuti Yesus dalam Luk 9:57-62 itu sarat dengan tuntutan Yesus yang keras dan menantang. Berpamitan dengan keluarganya saja tidak boleh: “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi MENOLEH KE BELAKANG, TIDAK LAYAK untuk Kerajaan Allah” (Luk 9:62).

3. Jelas bahwa TUNTUTAN INI untuk manusia dengan segala kelemahannya di sepanjang jaman SANGATLAH BERAT. Maka berkali-kali bangsa Yahudi ‘berzinah’ terhadap Yahwe Allah mereka; dengan mengikuti berhala-berhala kafir. Mereka ingin beribadat secara konkret, melihat siapa yang mereka sembah, seperti bangsa-bangsa lain. Lalu mereka buat patung anak lembu tuangan dari emas dan berseru: “Hai Israel, inilah Allahmu yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir” (Kel 32:8). Ini salah satu bentuk RASIONALISASI: mencari alasan untuk membenarkan apa yang diinginkan. Beribadat secara konkret?? Apakah ini pasti lebih benar dan lebih baik? Ataukah sebenarnya hanya mencari kepuasan sensasi belaka dan ikut arus supaya aman??

Contoh rasionalisasi dalam Injil mungkin boleh kita sebut: Orang-orang yang mencari alasan untuk tidak memenuhi undangan perjamuan besar (Luk 14-16-24). Apakah harus pada saat pesta itu diselenggarakan, seorang harus melihat tanah yang baru saja dibeli? Atau, seorang yang lain harus mencoba lima pasang lembu? Atau, seorang yang lain berkata: “Aku baru kawin … (I have just got married)”. Dengan kata lain: bukan sedang mengadakan pesta nikah sendiri, melainkan baru saja selesai. Bukankah lebih tepat bila datang berdua sebagai penganin baru? Rupanya justru hadir itulah yang mau dihindari. Kita pun juga pandai mencari berbagai alasan untuk menghindari sutau hal, tugas, atau situasi yang tidak kita kehendaki. Bahkan mungkin lebih cerdik dan lebih canggih daripada orang itu tadi, sehingga alasan kita lebih berbobot, lebih masuk akal, dan bahkan lebih pantas dipertimbangkan. Itu semua merupakan REASONABLE REASON, alasan yang masuk akal. Tetapi apakah itu memang THE REAL REASON? Apakah itu itu memang alasan yang sesungguhnya, yang sejujurnya? Hendaknya kita bisa MEMBEDAKAN DUA ALASAN ini dengan jelas. Kalau tidak, kita akan terjebak dalam penipuan diri di bawah sadar, padahal orang lain jelas-jelas melihatnya.

4. TUNTUTAN TOTALITAS dari Tuhan yang terasa berat oleh orang ‘yang dipanggil’ ini menimbulkan berbagai sikap. Ada yang menolak, ada yang menerima, ada yang KOMPROMI. Marilah kita bicara tentang yang terakhir ini saja, khususnya dalam panggilan hidup bakti/panggilan sebagai religius. Berkaul KETAATAN tetapi selalu berhasil mendapat tugas yang dipilih sendiri. Berkaul KEMISKINAN tetapi mempunyai semua fasilitas yang disenangi (BUKAN YANG PERLU). Berkaul KEMURNIAN tetapi menikmati kehangatan afeksi yang dianggapnya wajar, padahal orang lain yang melihat mengatakan bahwa itu sudah KELEWAT BATAS. Mestinya sikap macam ini yang dikecam Tuhan sebagai SUAM-SUAM KUKU dalam Why 3:16. lalu teks itu dapat dibaca: “Karena kamu BUKAN AWAM (karena berkaul) dan BUKAN RELIGIUS (karena tidak menghayati kaul) Aku akan memuntahkan engkau …” Sikap kompromi akibat rasionalisasi ini kiranya memang sungguh MEMUAKKAN TUHAN dan memang pantas DIMUNTAHKANNYA.

PS: Terima kasih sebesar-besarnya untuk Rm. Udyasusanta, SJ untuk bahan ini dan untuk bimbingan beliau bagi saya dalam mencari kehendakNya.

No comments: