Thursday, 21 August 2008

MENJUAL MIMPI LEWAT SINETRON




Rasanya tak ada televisi di Indonesia yang lepas sepenuhnya dari tayangan sinetron. Lihat saja sedari pagi hingga malam, pasti ada stasiun televisi yang menayangkan tontonan sinetron. Sinetron yang merupakan singkatan dari sinema elektronik memang merupakan serial pendek yang perekamannya sendiri mengandalkan kecanggihan teknologi digital. Oleh karena itulah, tayangan itu disebut dengan sinetron, singkatan sinema elektronik.

Sinetron yang ditayangkan di televisi terkesan serba ‘wah’. Kesan ‘wah’ ini nampak secara fisik saja, dengan pemain-pemain serba cantik dan tampan, setting-nya kebanyakan berada di rumah-rumah mewah dengan interior yang terlihat mewah, meski kalau dilihat jalan ceritanya itu biasa-biasa saja bahkan boleh dibilang miskin kreasi. Semua melulu hanya bertemakan cinta antara sepasang kekasih dengan alur cerita ala film-film Bollywood atau Hollywood yang selalu happy ending. Tak ada yang istimewa selain ‘kelebihan’ yang ditawarkan melalui kemewahan berupa pemain-pemain yang selalu berdandan rapi, cantik dan tampan, rumah-rumah mewah dan besar, restoran-restoran mahal, mobil-mobil mulus, dan yang tak boleh dilupakan karena selalu jadi ciri khas sinetron, yaitu akting pemain-pemainnya yang serba berlebihan dan terlalu dibuat-buat.

Kalau diperhatikan dengan seksama, bisa dilihat bagaimana pemain-pemain dalam sinetron dalam situasi dan kondisi apapun selalu berdandan. Kalau yang pria selalu dengan pakaian yang rapi atau gaul dengan potongan rambut yang mungkin sedang jadi trend di kalangan anak muda, kalau wanita selalu dengan bibir bergincu aneka warna dengan wajah yang terlihat putih mulus karena riasan. Lalu kendaraan yang ditumpangi juga selalu mobil-mobil mewah dengan merek-merek terkenal yang di Indonesia pun hanya terdapat beberapa buah saja.

Dengan cerita yang monoton dan ditambah akting pemainnya yang biasa-biasa saja, maka sinetron tak lain hanyalah tayangan yang hanya menjual mimpi saja. Mimpi orang jaman sekarang yang selalu ingin kaya tanpa susah bekerja, punya rumah besar dan mobil mewah, selalu makan di restoran mahal, dan tampil cantik atau tampan di setiap kesempatan. Maka sinetron seperti itu hanya membuat orang bermimpi agar bisa seperti itu, tetapi di sisi lain juga menggeser nilai-nilai bahwa apa yang ‘baik’ dan ‘bagus’ itu seperti yang ada dalam sinetron, yakni wajah cantik atau tampan, juga kaya dan berduit, dalam kehidupan sehari-hari. Kalau makanan cepat saji disebut junk food, maka sinetron-sinetron macam ini boleh dikata sebagai junk show.


N. Arya Dwiangga Martiar

No comments: