
Mengingat kembali peristiwa itu, membuat diri Marta merasa demikian beruntung bisa bertemu dengan-Nya. Tidak hanya dirinya saja, tetapi juga Maria saudaranya. Tak mengira bahwa keajaiban itu akan terjadi di depan matanya. Semuanya nyata dan memang nyata. Dan karena Dialah semua hal ini terjadi.
Semua berawal ketika saudaranya yang paling muda, yakni Lazarus, menderita sakit parah karena terlalu lelah bekerja. Marta dan Maria mengira Lazarus hanya masuk angin ditambah demam karena terlalu capek. Apalagi Lazarus sendiri punya kebiasaan yang tidak baik, yaitu mandi malam-malam. Karena dianggap hanya masuk angina biasa, maka Lazarus hanya diobati dengan ramuan rempah-rempah biasa dengan minum sedikti anggur pahit. Tetapi lama-kelamaan sakit Lazarus bukannya hilang dan bertambah baik keadaannya, melainkan bertambah buruk dan itu berlangsung cukup lama. Akhirnya sampai suatu ketika Marta menemui Lazarus terbatuk-batuk mengeluarkan darah. Maka segera dipanggilnya seorang tabib dari kota, meski dia pun tidak dapat berbuat banyak. Dua hari setelah itu, Lazarus meninggal dunia.
“Semua ini salahku. Kalau saja aku segera memanggil tabib tentu keadaannya tidak akan jadi seperti ini..”, kata Marta lirih.
“Tidak, kau tidak bersalah. Akulah yang salah. Aku tidak merawatnya dengan baik,” kata Maria lirih di sela-sela isak tangisnya.
“Andaikata Tuhan ada disini…”, sambung Marta.
Di lain tempat, Yesus sedih mendengar berita kematian Lazarus. Setelah mendengar berita kematian Lazarus, Yesus mengajak murid-muridNya untuk kembali ke Betania meski sebenarnya mereka sedang dalam perjalanan menuju ke Galilea yang berlawanan arahnya.
“Guru, bukankah orang-orang Yahudi di sana baru saja ingin melempari Engkau dengan batu? Dengan kembali ke sana itu berarti sama saja Engkau hendak menyerahkan diriMu kepada mereka? Itu sama saja bunuh diri untukMu!”, kata salah seorang muridNya.
Jawab Yesus, “Saatku untuk itu belum tiba. Sebenarnya Lazarus saudara kita tidak mati, tetapi hanya tertidur. Dan Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya”.
Maka segeralah mereka berkemas dan pergi ke Yudea. Sementara itu di Betania upacara pemakaman baru saja dimulai. Setelah suatu upacara kematian yang dipimpin oleh seorang imam Yahudi selesai, jenazah Lazarus dibawa untuk dimakamkan di sebuah kubur yang terletak di sebuah lobang batu agak ke luar kampung dengan diiringi isak tangis Maria dan Marta dan banyak perempuan Yahudi lainnya dengan memakai pakaian serba hitam.
Setelah pemakaman, masa perkabungan masih akan berjalan selama seminggu lamanya. Maria dan Marta sendiri hanya berada di dalam kamar dalam masa perkabungan itu tanpa melakukan pekerjaan apa-apa selain menangis dan meratapi kepergian saudaranya. Mereka ditemani tetangga dan para sahabat yang berada di sekitar rumah mereka hingga masa perkabungan itu lewat.
Sementara masa perkabungan sudah berjalan 3 hari, datanglah Yesus ke rumah Maria dan Marta. Karena nama Yesus sudah banyak dikenal sebagai seorang pemuda yang pandai membuat mukjijat, maka berduyun-duyun datanglah orang-orang kampung ke rumah Maria dan Marta. Ketika salah seorang datang memberitahu Maria dan Marta bahwa Yesus dan para muridNya sudah ada di depan rumah, segeralah mereka berlari menyongsongNya. Dengan menangis tersedu-sedu mereka menceritakan semua telah yang terjadi kepada Yesus. Dan di akhir cerita mereka, Maria berkata lirih.
“Tuhan, andaikan saja Engkau di sini waktu itu…!”.
“Guru, bukankah Engkau mengatakan bahwa Lazarus hanya tertidur? Mengapa tidak Kau bangunkan saja dia dari tidurnya?”, sela salah seorang muridNya.
Maria dan Marta menangis semakin tersedu-sedu mendengar perkataan itu. Mereka tidak menyangka bahwa rupanya Yesus hanya menganggap Lazarus sedang tertidur. Di sela-sela isak tangisnya, berkatalah Marta kepada Yesus.
“Tuhan, Lazarus tidak tertidur. Dia sudah mati dan sudah dikuburkan 3 hari yang lalu”.
“Tidak Marta, Lazarus hanya tertidur panjang. Mari kita pergi ke sana dan membangunkannya”.
“Tuhan, kami semua di sini melihat sendiri bagaimana dia mati. Kalaupun dia memang tertidur, biarlah sekarang dia terlelap dalam tidur panjangnya”, sambung Maria.
“Tuhan, dengan berkata bahwa Lazarus hanya tertidur, itu sama saja Engkau menertawakan kami yang sedang berkabung untuk kematiannya. Tolong jangan menambah kesedihan lagi bagi kami”, ratap Marta.
Tanpa memperpanjang perdebatan itu, Yesus minta kepada diantar ke makam Lazarus kepada salah satu orang yang ada di sana. Segera saja tersiarlah berita bahwa Yesus hanya menganggap Lazarus tidur dan banyak orang segera pergi untuk melihat apakah benar Yesus hendak membangunkan Lazarus. Maria dan Marta mengikuti Yesus dan para muridNya dari belakang diikuti dengan orang banyak yang kebanyakan datang karena rasa penasaran.
Setibanya di sana, Yesus minta kepada beberapa orang untuk memindahkan batu besar yang menutupi kuburan itu. di belakangnya, Maria dan Marta hanya melihat dengan terisak-isak bersama beberapa wanita tetangga mereka. Mereka hanya bisa diam melihat apa yang dilakukan oleh Yesus. Sementara 3 orang pria memindahkan batu penutup makam, datanglah seseorang yang sudah beruban menghampiri Yesus. Rupanya ia adalah imam Yahudi yang memimpin upacara pemakaman Lazarus.
“Tuan, Lazarus sudah mati. Biarkan dia beristirahat dengan tenang. Tidakkah Engkau melihat bahwa perbuatanMu itu hanya semakin menambah kesedihan Maria dan Marta? Bukankah lebih baik bila kita menghibur mereka yang sedang berkabung karena ditinggalkan oleh Lazarus?”.
“Tuan, percayalah bahwa Lazarus hanya tertidur. Datang dan lihatlah!”, jawab Yesus.
Yesus berpaling menuju lubang yang merupakan pintu masuk ke makan Lazarus. Sejenak Dia terlihat diam memandang ke arah pintu itu. Setelah itu, Dia berkata dengan suara yang cukup keras.
“"Lazarus, marilah ke luar!”.
Semua yang ada di situ menatap ke pintu gua dan diam menunggu apa yang terjadi. Demikian pula Maria dan Marta, hanya terdiam dan menunggu. Lalu terjadilah hal itu. Perlahan-lahan muncullah Lazarus dengan kain kafan yang masih menutupi sekujur tubuhnya berjalan keluar menuju ke pintu gua. Semua yang ada di situ menahan nafasnya untuk sesaat. Mereka terkejut melihat hal itu. mereka semua tak menyangka bahwa Lazarus yang mereka lihat sudah mati ternyata sedang berjalan menuju mereka. Tiba-tiba saja Maria dan Marta menyeruak dari kerumunan dan berlari menuju Lazarus yang juga terheran-heran memandang mereka. Maria dan Marta menangis memeluk Lazarus sementara banyak orang mulai ramai menggumam, heran atas kejadian yang baru saja mereka lihat. Sementara Yesus menyuruh Lazarus untuk membuka kain yang menutupi sekujur tubuhnya, di tengah kerumunan orang banyak itu ada seorang yang melihat dengan takjub peristiwa itu dan berkata’
“Sungguh, Dia ini Anak Allah”.
N. Arya Dwiangga Martiar
No comments:
Post a Comment