Friday, 8 August 2008

CINTA MENURUT EMPEDOKLES


Cinta atau “philotes” menurut Empedokles merupakan energi purba yang bersifat kosmogonis sekaligus etis, menguasai materi sekaligus kehidupan. Maka, cinta menurut Empedokles ini harus dipahami sebagai suatu kekuatan alam sekaligus juga sebagai daya jiwa yang mendorong tindakan moral. Empedokles melukiskan prinsip ini sebagai semacam cairan halus yang meresapi semua benda dan mengatur perubahan-perubahan dalam alam semesta. Dalam peranan atau pengaruhnya dibalik segala sesuatu di dunia ini, cinta itu berpasangan dengan “benci” atau “neikos”, yang mana kedua prinsip ini berturut-turut memainkan peranan terpentingnya dalam mempengaruhi teori tentang sejarah dunia yang terbagi dalam empat jaman seperti yang dilukiskan oleh Empedokles.

Sebagai sebuah kekuatan purba, cinta merupakan daya pemersatu, kekuatan penggabung, atau energi integratif. Dari sini bisa dilihat bahwa cinta bersifat mempersatukan, menggabungkan, sekaligus mengintegrasikan. Lalu apa yang dipersatukan, digabungkan, dan diintegrasikan? Yang dipersatukan, digabungkan, dan diintegrasikan adalah keempat anasir atau keempat elemen kosmis penyusun alam semesta, yaitu: api, air, udara, dan tanah. Keempat anasir atau elemen kosmis ini mewakili keempat sifat dasar alam, yaitu: panas, dingin, kering, dan lembab.

Dalam teorinya tentang sejarah dunia yang dibagi ke dalam empat jaman, Empedokles melukiskan bahwa pada mulanya manusia hidup dalam harmoni dimana cinta adalah dominan dan menguasai segalanya. Dalam keadaan ini, alam semesta dibayangkan sebagai suatu bola dengan semua anasir atau elemen kosmis itu tercampur secara sempurna. Di waktu selanjutnya, benci mulai masuk dan menceraikan anasir-anasir, sehingga alam semesta sebagian dikuasai cinta, sedang sebagian yang lain dikuasai benci. Setelah terjadi perceraian anasir-anasir terlepas antara satu dengan yang lain yang disebabkan oleh benci, maka benci menjadi dominan dan menguasai segala-galanya, sedang cinta dikesampingkan ke ujung. Pada jaman yang terakhir, cinta masuk kembali ke dalam kosmos dan mempengaruhi susunannya, sehingga muncul lagi situasi yang sejajar seperti jaman yang kedua. Atau kalau cinta kembali menjadi yang dominan dan menguasai segalanya, maka semua akan kembali lagi ke jaman yang pertama.

Maka di sini semakin jelas apa itu cinta atau “philotes” menurut Empedokles serta dimana letak cinta itu dalam pemikirannya mengenai empat jaman. Cinta adalah apa yang senantiasa kekal dibalik segala sesuatu dan mempengaruhi segala sesuatu. Cinta bisa dikatakan sebagai “hukum” alam semesta dalam konteks pemikiran Empedokles mengenai apa yang mengatur keempat elemen kosmis penyusun alam semesta.

N. Arya Dwiangga Martiar

No comments: